
Bandung Menuju Krisis Sampah? Muhammad Farhan Siapkan Strategi Inovatif Jelang Penutupan TPA Sarimukti
KOTA BANDUNG, CWSPANYILEUKAN.BIZ.ID — Calon Walikota Bandung, Muhammad Farhan, mengadakan kunjungan ke Komunitas Warunk Kebon (Warbon) di Jalan Pesanggrahan III, Kelurahan Cipadung Kulon, Kecamatan Panyileukan Kota Bandung. Dalam kunjungan ini, Farhan bertemu dengan para aktivis lingkungan dan pemerhati pembangunan untuk mendiskusikan berbagai isu krusial yang dihadapi Kota Bandung. Ketua Komunitas Warbon, Hani Yuhani, turut mendampingi Farhan selama acara berlangsung.
Pertemuan ini berlangsung dalam suasana hangat dan interaktif. Para undangan yang sudah hadir sejak pukul 10.00 WIB terlibat dalam diskusi informal sambil menunggu kedatangan Farhan. Acara yang bertajuk “Ngariung: Ngabahas Ririwit Kota Bandung” menjadi wadah penting untuk membahas berbagai persoalan, khususnya terkait penanganan sampah, yang menjadi salah satu isu paling mendesak di Kota Bandung saat ini.
Darurat Sampah di Kota Bandung
Isu penanganan sampah menjadi sorotan utama dalam diskusi hari itu. Hal ini semakin relevan mengingat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat akan menutup operasinya pada Maret 2025. Penutupan TPA Sarimukti, yang selama ini menjadi satu-satunya lokasi pembuangan sampah untuk Kota Bandung, diperkirakan akan menimbulkan krisis lingkungan jika tidak segera diantisipasi.
Dalam konteks Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024, isu ini menjadi fokus perhatian Farhan. Ia menegaskan bahwa penanggulangan sampah harus menjadi prioritas, dan diperlukan strategi serta solusi konkret untuk mengatasi ancaman yang bisa berdampak besar pada lingkungan dan kehidupan warga.
Sinergi dan Solusi Inovatif dari Komunitas Warunk Kebon
Hani Yuhani, Ketua Komunitas Warbon, memberikan pandangannya berdasarkan pengalaman dua tahun terakhir dalam mengelola sampah organik di lingkup lokal. Warbon berhasil mengolah setidaknya 70 ton sampah organik menjadi komoditi bernilai seperti pakan ternak, pakan magot, dan kompos. Namun, Hani menggarisbawahi bahwa masih kurangnya sinergi antara pemerintah dan komunitas pengelola sampah mandiri, seperti Warbon, menjadi hambatan besar dalam menciptakan pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
“Koordinasi antara pemerintah dan komunitas belum optimal,” tegas Hani. Ia juga menyebutkan bahwa saat ini belum ada sistem insentif yang memadai bagi pengelola sampah mandiri. Menurutnya, perlu ada skema insentif yang dapat meringankan beban operasional komunitas dan mendorong lebih banyak pihak untuk berperan aktif dalam menjaga lingkungan.
Selain itu, Hani juga menyinggung masalah buruknya layanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang memaksa warga untuk membuat sumur dalam. Menurutnya, praktik ini bisa berisiko terhadap kelestarian lingkungan. Ia mengusulkan solusi alternatif seperti Instalasi Pengolahan Air Hujan (IPAH), sumur resapan, atau bahkan pembangunan danau buatan sebagai upaya mitigasi.
Muhammad Farhan dan Amandemen Tata Kelola Sampah
Dalam diskusi, Farhan menyoroti regulasi pengelolaan sampah di Kota Bandung. Ia mengakui bahwa meskipun peraturan sudah cukup lengkap, praktik di lapangan masih jauh dari optimal. "Penegakan hukum bagi pelanggar, seperti yang membuang sampah sembarangan ke sungai, masih lemah. Ini yang harus kita perbaiki," kata Farhan.
Sebagai salah satu solusinya, Farhan berencana melakukan amandemen terhadap sejumlah regulasi untuk memastikan pengelolaan sampah berjalan lebih efektif. Ia juga mengusulkan adanya model bisnis yang dapat diimplementasikan untuk pengelolaan sampah secara lebih luas, bukan hanya sekadar proyek percontohan.
Farhan juga mengapresiasi keberhasilan komunitas seperti Warbon dalam mengelola sampah dan menyatakan keinginannya untuk mendukung upaya-upaya konkret yang dilakukan oleh masyarakat. Sebagai politisi berpengalaman di tingkat pusat, Farhan berkomitmen untuk menggunakan pengaruhnya dalam menyelesaikan masalah lingkungan dan pembangunan di Kota Bandung.
Sinergi untuk Masa Depan Bandung
Pertemuan di Warunk Kebon ini menjadi ajang penting untuk menyatukan gagasan dari berbagai pihak yang peduli terhadap masa depan Kota Bandung. Farhan menegaskan bahwa kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan warga harus terus ditingkatkan untuk menjawab berbagai tantangan kota ke depan.
Acara ditutup dengan kesepakatan bahwa isu lingkungan, khususnya pengelolaan sampah, akan menjadi prioritas dalam program kerja Farhan jika terpilih menjadi Walikota Bandung. (Aprianto/Nendy S.)